Pencegahan Penyakit menular Seksual
Penyakit Menular Seksual atau yang biasa disingkat PMS merupakan
penyakit akibat hubungan seksual yang tidak sehat. PMS biasanya dialami
oleh para remaja, kaum dewasa dan tua akibat prilaku seksual menyimpang,
free sex, anal sex, oral sex, atau karena tertular
secara langsung dengan penderita PMS melalui saluran kelamin, melalui
sentuhan kulit, cairan vagina, cairan sperma, dan hubungan seksual yang
tidak menggunakan kondom dan alat keamanan berhubungan seksual lainnya.
- 1. Tidak mengunjungi tempat-tempat maksiat dan tempat prostitusi
Untuk mencegah dan melindungi diri dari penyakit menular seksual
dapat ditempuh dengan tidak mengunjungi tempat maksiat dan tempat
prostitusi. Tempat prostitusi umumnya berisi orang-orang yang memiliki
kebiasaan/prilaku menyimpang seksual, ajang perzinahan, dan tempat
merebaknya berbagai penyakit menular seksual. Sebab, orang-orang yang
berkunjung ke lokasi prostitusi banyak dari kalangan profesi tertentu,
dari banyak aneka ragam budaya dan asal negara, asal daerah dan bahkan
orang-orang asing dan tidak pernah dikenal sebelumnya. Dalam ajaran
islam, mengunjungi tempat maksiat dan prostitusi tidak dibenarkan dan
berujung pada dosa.
- 2. Tidak melakukan hubungan seksual di luar nikah (pacaran, perzinahan)
Kalangan remaja saat ini sudah banyak yang terbiasa dengan pergaulan
keliru. Termasuk pacaran merupakan salah satu penyimpangan
prilaku/pergaulan keliru yang tak terkontrol di era globalisasi. Pacaran
dianggap para remaja adalah sebuah trend dan budaya modern, padahal
TIDAK !. Hingga terkadang orang tua yang seharusnya mampu mencontohkan
akhlak baik, justru mereka (orang tua) bangga jika putera/putrinya
berpacaran, bahkan ada orang tua yang membiarkan anaknya berpacaran.
Pacaran merupakan pintu gerbang untuk terjadi perzinahan dan kehamilan
di luar nikah. Selain itu, berpacaran dapat memicu terjadinya perkosaan,
penyakit menular seksual, bahkan kematian akibat cekcok antara dua si
joli.
- 3. Tidak melakukan prilaku seksual menyimpang (termasuk praktek LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender) serta perzinahan
Penyakit menular seksual umumnya banyak diderita oleh mereka yang
memiliki kebiasaan dan prilaku menyimpang seksual. Umumnya PMS merenggut
orang-orang yang melakukan praktek LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan
Transgender). Kaum homoseksual (Gay) merupakan risiko terberat pengidap
AIDS. Oleh sebab itu, melakukan hubungan seksual sebaiknya dilakukan
melalui jalur resmi pernikahan. Dengan jalur pernikahan normal (Laki dan
wanita) akan mencegah terjadinya penyimpangan prilaku seksual serta
penyakit seksual yang tidak diinginkan.
- 4. Tidak berganti-ganti pasangan seksual (orgy)
Hubungan seksual melalui jalur pernikahan resmi memiliki banyak
dampak positif. Lain halnya dengan si orgy, mereka melakukan
penyimpangan seksual, penyimpangan kodrat. Biasanya pasangan orgy
merupakan pasangan sesama jenis (bisa homoseksual/gay, lesbian,
transgender, biseksual). Pasangan orgy biasanya melakukan hubungan
seksual lebih dari dua orang, bahkan dilakukan secara bersama-sama dan
berganti-ganti pasangan seksual. Jika dilakukan dengan tiga orang
pasangan sejenis dinamakan threesome, dan seterusnya. Dampak dari
prilaku berganti-ganti pasangan jelas negatif. Prilaku ini selain
merusak moral dan akhlak seseorang, penyimpangan nodrat Tuhan, juga
berbahaya bagi kesehatan reproduksi, efek terberatnya menimbulkan banyak
penyakit menular seksual seperti gonorhoe, sifilis, herpes genitalis,
bahkan dapat menyebabkan HIV-AIDS dan kematian. Maka lingkungan bergaul
yang baik penting dicari untuk memperbaiki akhlak dan keluwesan dalam
bertingkah laku kepada orang lain.
- 5. Tidak melakukan hubungan seksual dengan penderita PMS
Penderita PMS rentan menularkan berbagai penyakit kelamin. Penularan
dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya melalui cairan
reproduktif (cairan sperma/semen dan cairan vagina yang terinfeksi
virus, bakteri, jamur dan mikroba patogen menyebabkan penyakit AIDS,
kanker serviks, keputihan, gonorhoe/kencing nanah, penyakit raja
singa/sifilis,dan sebagainya), sentuhan antar kulit (biasanya
menyebabkan penyakit herpes genitalis yang ditandai dengan benjolan di
bagian kulit sekitar alat kelamin yang jika pecah akan mengeluarkan
cairan dan terasa nyeri), air liur (pada kasus oral sex dan anal sex; dapat
menyebabkan bakteri masuk dan menginfeksi ke dalam mulut dan anus,
sehingga berbahaya bagi kesehatan), dan masih banyak lagi.
- 6. Tidak Melakukan Aktivitas Anal sex dan Oral sex
Anal sex merupakan aktivitas seksual dengan melakukan
penetrasi penis ke dalam lubang pembuangan feses (anus). Prilaku seksual
ini tentu sangat menyimpang dan dapat menyebabkan iritasi pada bagian
penis dan anus. Selain itu, luka/robekan di sekitar daerah anus akibat
penetrasi penis tersebut dapat menjadi pintu gerbang masuknya virus dan
bakteri ke dalam tubuh melalui peredaran darah bahkan dapat melemahkan
sistem pertahanan tubuh (imunitas). Biasanya virus AIDS berada pada
lingkungan seseorang yang terbiasa dengan prilaku menyimpang anal sex. Sementara itu oral sex
(aktivitas seksual dengan cara memasukkan penis ke dalam mulut
pasangan) dapat menginfeksi seseorang untuk menderita kanker mulut dan
iritasi kulit di sudut bibir. Namun oral sex tidak menutup kemungkinan
seseorang untuk menderita AIDS melalui luka pada sariawan/robekan pada
sudut bibir dan penyabab lainnya.
- 7. Menggunakan kondom sebagai alat kontrasepsi
Kondom merupakan alat kontrasepsi pasangan suami-istri sebagai
pengamanan dalam melakukan hubungan seksual atau mencegah terjadinya
kehamilan. Namun demikian, kondom tidak berarti sepenuhnya dapat
mencegah kehamilan dan penyakit menular seksual. Sebab, ukuran sel
sperma hampir setara dengan ukuran pori-pori pada kondom, sehingga
kemungkinan terjadinya kehamilan serta infeksi berbagai penyakit menular
reproduktif dapat terjadi.
- 8. Mencari lingkungan bergaul yang baik dan kondusif
Lingkungan yang baik dan kondusif merupakan tempat rekomendasi untuk
tumbuh kembang anak dan remaja. Lingkungan ini akan mengajar,
mendampingi, serta membentuk karakter anak menjadi pribadi yang
berintegritas, religius, berwawasan luas, cerdas, bersahabat, dan
menjadi pribadi sholeh/sholehah guna meningkatkan keimanan
serta mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan wawasan yang luas,
seorang anak akan memperoleh pendidikan seksual/pendidikan kesehatan
reproduksi melalui bimbingan konseling, sehingga anak/remaja akan
terbentengi dengan pengetahuan seksual yang komprehensif (mampu
mengetahui seputar kehidupan seksual yang sehat, tidak melakukan
pacaran, mengetahui berbagai risiko penyakit menular seksual dan
bagaimana mencegahnya).
- 9. Mencari
aktivitas positif seperti olahraga, mengaji, belajar kelompok,kegiatan
organisasi kemahasiswaan/ekstrakulikuler di sekolah
Aktivitas positif penting diberikan kepada anak-anak dan remaja
selama hidupnya. Aktivitas positif seperti olahraga, mengaji, belajar
kelompok,kegiatan organisasi kemahasiswaan/ekstrakulikuler di sekolah,
isi teka-teki silang, pembelajaran kontekstual melalui lingkungan alam,
berlibur, belajar kelompok dan sebagainya. Aktivitas-aktivitas tersebut
akan meminimalisir seorang remaja/anak untuk melakukan penyimpangan
prilaku, termasuk penyimpangan prilaku seksual yang keliru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar